Rabu, 24 April 2013

Pengaruh Politik Dalam Negeri terhadap Bisnis Pariwisata


PENDAHULUAN
             Perkembangan dan kondisi persaingan dunia bisnis telah menjadi semakin cepat, semakin komplek, semakin kompetitif dan untuk memprediksi arah kedepan menjadi semakin sulit. Beragam tantangan bisnis membuat kemampuan pemimpin perusahaan untuk membuat keputusan yang tepat dan respon yang cepat untuk menangkap peluang bisnis menjadi penting. Pelanggan dan stakeholder lainnya memiliki peranan kunci untuk tetap dapat bertahan didunia bisnis atau kalau tidak kita akan going out of business.
Pada umumnya perubahan lingkungan bisnis dapat memunculkan beragam peluang dan ancaman bagi para pelaku bisnis. Kondisi eksternal seperti perkembangan politik dalam negeri, perkembangan perekonomian kawasan regional, perkembangan dan perubahan budaya, kondisi perekonomian internasional perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kondisi bisnis berjalan.
               Pada masa sekarang, banyak elit partai politik berasal dari kalangan pengusaha atau pebisnis. Hal ini dapat dimaklumi mengingat untuk dapat memenangkan suara dalam pemilu, dengan membentuk tim sukses dan kampanye politik memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk memperoleh biaya kesuksesan dalam kampanye dan memenangkan suara tersebut tentunya partai politik membutuhkan pengusaha dalam urusan keuangannya.
            Contoh regulasi politik yang mempengaruhi dunia bisnis adalah peraturan tentang ekspor impor dan masalah perpajakannya. Seperti dalam kasus mobil Timor dalam era Soeharto. Keistimewaan peraturan digunakan untuk kerabat pimpinan sehingga persaingan dunia bisnis menjadi tidak sehat. Hal ini harus dibayar mahal oleh para pemegang saham lawan bisnis Tommy Suharto, yaitu PT Astra dengan turunnya harga saham yang membuat para pemegang saham PT Astra kehilangan kesejahteraanya sebesar Rp500 milyar lebih pada tahun 1995, saat regulasi tentang mobil nasional digulirkan. Dari contoh kasus diatas dapat dipahami betapa regulasi yang diciptakan oleh pimpinan politik sangat mempengaruhi dunia bisnis.

PEMBAHASAN
Gambaran Politik Indonesia Reformasi dan Sekarang
       Indonesia  adalah Negara dengan Undang-undang dasar 1945 sebagai dasar konstitusinya. Dengan UUD 1945 ini maka kekuasaan eksekutif dan legislatif serta yudikatif terjadi pemisahan. Perubahan strukutural politik terjadi setelah turunnya Presiden Suharto, presiden kedua Indonesia setelah memimpin Negara Indonesia selama 32 tahun, yaitu tahun 1998, dan dibawah kepemipinan yang pendek dari penggantinya Presiden Habibi dalam selang waktu 1998 dan 1999.  
         Pemerintahan Presiden Habibi melakukan reformasi politik dengan menerapkan sistem aturan baru pada pemilihan umum, yang akan menjadi wakil rakyat di DPR dan MPR. Serta praktik politik partai tanpa mengubah UUD 1945. Setelah reformasi ini maka masa kepemimpinan presiden dibatasi hanya menjadi dua kali. Selama masing masing lima tahun kepemimpinan. Presiden dan wakil presiden dipilih berdasarkan pemilihan langsung, hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 2004 pada bulan September. Pada masa sebelumnya MPR lah yang memilih presiden dengan suara terbanyak.
Pada tahun 1999 MPR memilih Abdurrahman Wahid sebagai presiden keempat Indonesia.  Pada bulan Juli 2001 MPR menurunkan Gusdur dan segera menggantikannya dengan Wakil Presiden Megawati Sukarno Putri. Megawati membawa iklim poitik di Indonesia pada kondisi yang stabil. Namun  di era Megawati ini belum terjadi usaha yang terkonsentrasi untuk melawan korupsi dan memajukan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada tahun 2004, SBY terpilih menjadi pengganti Megawati. Semenjak tahun 2006, kondisi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang stabil dengan kisaran angka 5 sampai dengan 6 persen. Berikut adalah tabel dari Pertumbuhan GDP Nominal Indonesia (gambar diambil dari materi kuliah Pembangunan Ekonomi). Dari tabel dapat dilihat bahwa semenjak pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu tahun 2004 sampai dengan sekarang pertumbuhan GDP selalu diatas 5% pertahun. Hal ini semakin membaik pada tahun terakhir ketika kestabilan moneter atau inflasi dapat dijaga oleh Bak Indonesia pada kisaran 4,5%. Komitmen politik SBY untuk meningkatkan perekonomian adalah hal penting. Pada mas SBY juga disusun MP3EI yang menjadi arah pembangunan Indonesia di semua kawasan dari Barat sampai Timur Indonesia.

Kondisi Bisnis Pariwisata
       Sesuai dengan data yang diperoleh dari WTCC, pada tahun 2011 kontribusi bisnis Pariwisata dan perhotelan pada GDP Dunia mencapai 2 triliun dollar (atau 2.8% dari total GDP dunia). Jika dibandingkan dengan beberapa industri manufaktur terbesar, maka hal ini lebih besar dua kali daripada GDP industri otomotif dan 1,3 kali lebih besar dari industri kimia.
          Para pemain utama bisnis hotel telah mengalihkan pertumbuhan tidak hanya di Eropa dan Amerika Serikat, tetapi merambah Negara Negara berkembang di Asia (Wu, Costa, Teare (1998) dalam Ayoun 2006). Pihak hotel kini melihat bahwa pasar sekarang adalah dunia, tidak sempit di masing-masing wilayah goegrafis tertentu. Perkembangan moda transportasi telah memungkinkan hal ini. Hotel sebagai saranan akomodasi adalah turunan dari kegiatan travel and tourism.
      Dalam fokus paper ini akan dibahas hubungan politik dan industri pariwisata dan perhotelan. Ada beberapa perilaku wisatawan yang perlu dicermati dalam bisnis. Pertama adalah mereka ingin menikmati alam, keindahannya, panorama pantai, gunung, dan danau. Kedua selain hal tersebut mereka akan menggunakan waktunya juga untuk menikmati kreasi budaya (culture) dan peninggalan bersejarah di suatu daerah tertentu dan negara tertentu.
        Perilaku wisatawan perlu menjadi perhatian karena strategi pengembangan pariwisata bermula dari hal tersebut. Dengan diberlakukan Undang-undang Nomor  22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,  maka wewenang untuk mengembangkan wisata menjadi terletak di daerah dan tidak terpusat di Jakarta saja. Ada otonomi untuk mengembangkan pariwisata di daerah masing-masing. Daerah dapat mempromosikan sendiri wilayahnya untuk menjadi tujuan wisata sesuai dengan keunggulan daerahnya masing-masing. Keadaan pariwisata akan mempengaruhi bisnis perhotelan di Indonesia.
       Kondisi politik yang tenang dan stabil merupakan prasyarat perkembangan usaha dan bisnis. Dalam kondisi yang tidak aman dan nyaman untuk investasi tentu saja investor tidak akan datang. Hal ini sejalan dengan kondisi wisatawan manca negara. Keamanan suatu daerah atau negara dana stabilnya kondisi politik akan mendukung kedatangan dan hadirnya wisatawan.
Berikut adalah perbandingan data kunjungan wisatawan selama beberapa pemerintahan semenjak orde baru hingga orde reformasi.
Tabel 1. Kunjungan Wisatawan Asing dari tahun 1990 s.d 1999 (masa Orba)
Dari tabel 1 diperoleh informasi, bahwa saat kepemimpinan orde baru dengan keadaan politik relatif stabil sampai dengan tahun 1998, maka jumlah kunjungan wisatawan juga stabil tanpa ada penurunan. Akan tetapi pada saat kondisi politik yang chaos pada masa terjadinya kerusuhan massal tahun 1998, banyak wisatawan membatalkan kunjungannya ke Indonesia sehingga terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia sehingga terjadi konstraksi pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia.
Tabel 2. Kunjungan Wisatawan Asing dari tahun 2002 s.d 2010
            Dari tabel 2 sebagai perbandingan setelah masa orde baru dengan beberapa guncangan terorisme Imam Samudera dan kawan-kawan yang terjadi pada masa Pemerintahan Megawati, maka dapat disimpulkan kondisi keamanan sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, dimana pada tahun 2002 dan 2004 terjadi bom Bali sehingga kembali menyebabkan penurunan jumlah wisatawan asing pada tahun-tahun setelah terjadinya peristiwa tersebut.

KESIMPULAN        
          Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan betapa kondisi politik dalam negeri yang baik disertai dengan tingkat keamanan yang memadahi maka akan mempengaruhi perkembangan bisnis pariwisata dan bisnis turunannya seperti hotel, restoran dan jasa transportasi.



DAFTAR PUSTAKA

Ayoun, B. (2008), “Does national culture affect hotel managers’ approach to business
      strategy ?”, International Journal of Contemporary Hospitality Management,
      Vol 20,No 1, pp.7-18.
Badan Pusat Statistik (2012), Statistik Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Direktorat Jenderal Pariwisata (2000)

Fukuoka, Y (2012),”Politics, Business and The State in Post Suharto Indonesia,”
                Contemporary Southeast Asia, Vol. 34, No. 1, pp. 80-100.
Materi kuliah General Business Environment.
U.S Department of State (2008), Background Note: Indonesia. Washington DC, U.S.A.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
World Travel and Tourism Council (2012), New research from WTTC puts size of travel and tourism industry into perspective.













Pengaruh Budaya Terhadap Bisnis


A.    LATAR BELAKANG

Kegiatan Travel and Tourism atau Bisnis  Perjalanan dan Wisata adalah satu bisnis yang sifatnya terbuka. Pelaku bisnis ini dituntut untuk bisa menerima sebanyak-banyaknya pengunjung dan mengerti seluas-luasnya keinginan dan kebutuhan mereka. Berusaha menerima kebiasaan dan budaya atau culture pengunjung serta mengerti apa yang mereka butuhkan kemudian selama mereka melaksanakan kunjungan wisata ke wilyah tertentu. Bukan hal yang mudah memang untuk dapat melakukannya. Hal ini sering menjadi satu hal terabaikan dalam membenahi dunia kepariwisataan di Indonesia. Bentuk konkretnya, kita mungkin seringkali bertanya “Kenapa perkembangan dan pertumbuhan pariwisata di Bali berbeda dengan kawasan lain di Indonesia baik dalam hal jumlah wisatawan maupun rata-rata lama kinjungan, artinya Bali menjadi lebih maju dengan objek wisata yang sama? Kenapa Bali bisa menjadi primadona pariwisata Internasional sedangkan pengunjung yang berasal dari luar negeri sering tidak mengenal Indonesia ketika ditanyakan kepada mereka padahal mereka mengenal Bali ?”
Bisnis berupa kegiatan pariwisata memang bukan hal yang baru di Pulau Bali. Di Bali  iklim kepariwisataannya sangat dominan dan kental. Dalam artian tingkat kesadaran wisata masyarakat sangat tinggi. Jauh berbeda jika Bali dibandingkan dengan tempat lain di Indonesia yang terkadang bahkan memiliki modal wisata yang lebih besar. Tempat yang menarik lebih dari Pulau bali masih banyak. Sebut saja Bunaken, Pantai Senggigi, dan Yogyakarta, tentu tak kalah menarik. Banyak anak-anak dan remaja yang dengan sengaja memang dididik untuk mengembangkan serta mendukung kegiatan pariwisata Bali. Sebut saja sekolah kepariwisataan, perhotelan, bisnis, dan seni bisa dijumpai di Bali dengan jumlah relative lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain. Membudayakan budaya Bali dikalangan masyarakat sendiri juga menjadi tahapan yang telah dilewati. Kebiasaan senyum dan sapa yang ramah, kelihaian dalam pertunjukan menari, bahkan corak arsitektur yang dipertahankan yang didukung dengan peraturan daerah tertentu menjadi bukti bahwa kebudayaan yang diturunkan masyarakat terdahulu masih membudaya dalam diri masyarakat modern Bali. Dan bukan tidak mungkin tahapan membudidayakan budaya ini bisa saja dilewati kawasan lain dengan lebih baik. Artinya budaya sangat bisa dibentuk. Asal punya modal budaya asli yang unik sehingga bisa untuk dijual.
Pemahaman yang lebih tinggi akan kepariwisataan ini dibandingkan masyarakat di kawasan lain menyebabkan masyarakat Bali paham benar dengan konsep untuk menerima sebanyak-banyaknya dan mengerti seluas-luasnya tadi. Di Bali masyarakatnya lebih mampu untuk menerima budaya masyarakat luar yang masuk ke Indonesia. Contohnya kebiasaan minum-minuman keras yang mungkin tidak bisa diterima masyarakat di kawasan lain. Di Bali, masyarakat malah justru ikut menjual minuman keras. Masyarakat berusaha untuk mengerti tentang budaya asing yang akan masuk. Sedangkan contoh lainnya perihal agama, cara berpakaian, dan cara hidup yang tidak terlalu dipermasalahkan di Bali. Bali mencoba mengerti cara hidup masyarakat luar dalam hal ini lebih sering dari Negara asing. Ketika kita mencoba membatasi akan budaya yang boleh masuk dan yang tidak, maka pariwisata tidak akan berkembang seperti di Bali. Misalnya menerapkan kebijakan untuk memeriksa pasangan yang akan masuk ke hotel dengan Surat Nikah. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat dari Negara asing atau pasangan bule yang tidak mensakralkan pernikahan seperti di Indonesia. Demikian sama halnya ketika wanita berkerudung dilarang mengenakan kerudung di Eropa. Hal-hal yang tidak nyaman dengan berlatar belakang dari tidak adanya pemahaman untuk menerima ini membuat kegiatan pariwisata tidak berkembang.
Proses selanjutnya dari kedatangan para pengunjung adalah mereka akan mencari tempat akomodasi untuk tinggal di Bali. Baik berupa penginapan sederhana berupa hotel melati sampai dengan hotel bintang lima sesuai dengan cita rasa dan preferensi mereka. Maka kegiatan travel and tourism ini akan menimbulkan permintaan akan hunian sementara yang memiliki pasar yang besar.
Berikut ini adalah data banyaknya wisatawan yang datang ke Indonesia berdasarkan pintu masuk yang dimulai bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012.








Tabel 1. Banyaknya Wisatawan yang datang berdasarkan pintu Masuk Tahun 2012
( Jan-Mei)
         Sumber : BPS

Berdasarkan data diatas, Bandara Ngurah Rai menjadi entry port yang paling banyak dengan jumlah kinjungan tertinggi di bulan Januari 2012. Hal ini seiring dengan musim liburan bagi wisatawan di tahun baru maupun pergantian musim. Berdasarkan table di atas dapat dijadikan indikator bahwa memang kegiatan bisnis pariwisata di Bali memiliki keunggulan dibandingkan dengan kawasan lain.


B.     TINJAUAN PUSTAKA

Budaya menurut Mulyana dan Rakhmat adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, luas dan abstrak. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan social manusia1
Pemahaman akan tren pasar yang kurang dan apa yang turis butuhkan membuat kawasan lain kurang berkembang. Salah satunya adalah di daerah Sumatera Barat. Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan strategis yang memang direncanakan untuk fungsi wisata sejak jaman rezim Presiden Soeharto2. Akan tetapi perkembangan sektor pariwisata berjalan lambat karena kurangnya kajian terhadap tren permintaan pasar dan kurangnya pemahaman. Kurangnya alternative objek wisata menjadi masalah utama disini. Objek wisata yang dominan berupa wisata alam dan sejarah tidak diimbangi fasilitas lain yang disesuaikan dengan tren pasar. Sumatera Barat menyediakan Bukittinggi sebagai tujuan wisata alam dan sejarah tapi memaksa pengunjung untuk ikut “hidup primitif”. Hotel berbintang masih kurang, lapangan golf minim, potensi wisata alam sekedar cukup untuk ditontoni tanpa pengelolaan lebih lanjut. Berbeda dengan Bali dimana ketika pengunjung jenuh dengan pantai, malamnya mereka bisa dugem, paginya bisa golf, siangnya ke pegunungan, sorenya wisata religi, dan lain-lain. Keberagaman alternatif things to see, do, and buy di Bali menciptakan lebih banyak alasan bagi pengunjung untuk datang ke Bali3. Bahkan lagi dan lagi. Pada prinsipnya dalam berwisata, traveler selalu ingin mengambil waktu liburan sesingkat mungkin dan mengunjungi tempat wisata sebanyak mungkin. Hal ini yang harus disikapi jeli oleh pihak penyedia kawasan wisata. Perhatian akan tren pasar dan sekali lagi kesediaan untuk menerima dan mengerti cara hidup dan apa yang diinginkan oleh pengunjung. Karena sekali lagi pariwisata adalah suatu bisnis yang memerlukan keterbukaan. Semakin kita menutup diri maka kita akan semakin memboikot kepariwisataan.
Kegiatan wisata telah menjadi subjek yang penting dalam kajian budaya. Dibanyak tempat didunia kegiatan pariwisata juga menjadi agen untuk konstruksi dan rekonstruksi budaya tradisional. Fakta yang ada sekarang adalah pakaian adat atau tradisional, rumah adat, tari-tarian adat hanya ada ketika ada pengunjung atau wisatawan datang ke daerah tesebut4. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan, memang budaya asli yang ada menjadi keunggulan suatu daerah akan mendatangkan bisnis pariwisata dan turunannya seperti akomodasi hotel dan restoran. Hal ini mengingat bahwa para wisatawan akan memerlukan tempat tinggal sementara dan kebutuhan akan makanan.
Kegiatan bisnis hotel pada dekade terkahir telah meninjukkan bahwa telah terjadi akselerasi ekspansi dalam bisnis tersebut5. Beroperasinya hotel dengan beragam manajemen yang sangat ternama sebut saja Conrad Hilton, Swiss Bell Hotel,  dan Kempinsky telah mendunia. Mereka menjadi pemain-pemain internasional yang menangkap peluang perkembangan bisnis pariwisata dan akomodasi.


C.    ANALISIS

Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa budaya menjadi faktor penting dalam bisnis pariwisata. Daya tarik budaya, menjadi magnet bagi kedatangan wisatawan. Tentu para wisatawan tinggal di tempat tujuan akan memerlukan beragam akomodasi tempat tinggal yang akan mempengaruhi bisnis turunan dari pariwisata yaitu hotel dan restoran (tempat tinggal dan makanan). Hal ini dapat digambarkan dalam sebuah hubungan sebagai berikut:
Oval: Budaya sebagai daya tarik Oval: Kunjungan wisatawan Oval: Permintaan akomodasi hotel
 








D.    KESIMPULAN

Budaya akan menjadi daya tarik wisata yang akan mengakibatkan kunjungan wisatawan ke suatu wilayah. Kunjungan wisatawan ini akan memunculkan permintaan jasa akomodasi yang membuat bisnis hotel semakin berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Ayoun, B. (2008), “Does national culture affect hotel managers’ approach to business strategy ?”,
               International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol 20,No 1, pp.7-18.
Badan Pusat Statistik (2012), Statistik Indonesia. Jakarta, Indonesia
Mulyana, D dan Rakhmat, J. (2006), Komunikasi antar budaya: Panduan Berkomunikasi
             dengan  Orang-orang berbeda budaya. Bandung: Penerbit Remaja.
Yamashita, S.(1999),”Bali Cultural Tourism and Touristic Culture”, Proquest Research Library, Vol 67,
               pp.177

Pengaruh TI terhadap Bisnis Pariwisata


PENDAHULUAN
Peranan teknologi informasi dalam berbagai kegiatan bisnis semakin penting, khususnya teknologi informasi yang menjadi sarana pertukaran informasi. Bisnis pariwisata diantaranya  perhotelan dan travel agent merupakan salah satu dunia bisnis yang menggunakan teknologi informasi. Perkembangan zaman, menuntut pelaku bisnis untuk dapat menjadikan perubahan ini menjadi salah satu kekuatan dalam melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya. Apabila tidak maka dapat dikatakan bahwa pelaku bisnis tersebut tertinggal oleh zaman. Oleh karena itu hotel sebagai suatu bentuk usaha jasa akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya yang semua pelayanannya  diperuntukkan bagi masyarakat umum sangat dituntut menerapkan teknologi dalam usaha tersebut.
Teknologi informasi diperlukan untuk menyimpan data dari tamu, kamar, barang yang diperlukan selama proses tinggal sementara dan, menu makanan favorit dan hal lainnya. Maka sistem teknologi berperan dalam menyimpan data yang diperlukan oleh hotel untuk dapat mengembangkan hotel menjadi lebih baik lagi dalam hal ini berhubungan dengan data mining untuk keperluan marketing. Perkembangan teknologi informasi usaha perhotelan di Indonesia telah banyak yang menggunakan e-business untuk mendukung operasionalnya sehari-hari, sehingga memberikan kemudahan dan efisiensi serta efektifitas kerja dari seluruh stakeholder. Kebanyakan hotel berbintang telah menerapkan system e-business dengan baik.
            Ada hotel yang menerapkan hanya untuk keperluan pengelolaan tamu mulai reservasi hingga tamu tersebut check out, ada yang diintegrasikan dengan seluruh point of sales seperti penggunaan telepon, laundry, room service ataupun restoran sehingga lebih memudahkan untuk pengecekan dan pelayanan pembayaran, ada juga yang hingga terintergrasi dengan pembelian bahan baku hotel, sehingga dapat dilihat aliran barang dan stok yang ada serta juga terhubung dengan sistem akunting yang memudahkan shareholder untuk melihat performance dari hotel.
            Makin tinggi kualitas layanan suatu hotel yang ditandai dengan makin banyaknya bintang, biasanya makin peduli menerapkan e-business, meskipun pernyataan ini perlu dibuktikan dengan penelitian empiris, karena makin tinggi tingkat kesulitannya atau kompleksitasnya dan makin besar ekspektasi tamu akan kemudahan dan pelayanan yang baik. Hal ini dapat diselesaikan dengan solusi system e-busienss.
            Melalui sistem e-busienss kegiatan hotel akan dapat berjalan dengan efisien, seperti proses reservasi tamu, proses penerimaan tamu, pembayaran tamu, fasilitas yang digunakan oleh tamu, hingga sistem pelaporan yang bersifat sesuai pekerjaan, seperti laporan keuangan dan evaluasi hasil kerja dapat menjadi dasar manajemen untuk melakukan perencanaan dan strategi usaha kedepannya.
         Dalam buku berjudul Hotel Management and Operation tahun 2005, Rutherford dan Fallon menyebutkan bahwa semakin penting peranan departemen yang bertanggung jawab terhadap kondisi perubahan dunia atas manajemen infomasi dan teknologi informasi. Dalam banyak kasus para pelaku bisnis perhotelan, teknologi informasi kini menjadi hotel controller.
         Sehubungan dengan pentingnya para pelaku bisnis perhotelan untuk menerapkan teknologi informasi dalam mendukung operasional bisnis mereka, perlu dilakukan kajian terhadap peranan teknologi informasi terhadap bisnis perhotelan ini.

PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BISNIS HOTEL
Perubahan Pola Bisnis
Menurut Syahdan (2007) era informasi telah banyak merubah pola bisnis di banyak bidang. Seorang milyarder dan pendiri Microsoft, Bill Gates berpendapat bahwa persaingan bisnis saat ini tidak terletak pada persaingan produk barang maupun jasa, tetapi lebih kepada model bisnis. Model bisnis yang memiliki keunggulan kompetitif untuk bersaing adalah model bisnis yang menerapakan teknologi informasi, yaitu suatu model bisnis dimana proses bisnisnya dilakukan secara elektronik atau digital melalui jaringan internet.      
Penggunaan teknologi informasi pada kegiatan bisnis hotel akan secara signifikan memberikan pola bisnis berbeda dengan sistem operasional bisnis hotel yang konvensional. Penggunaan teknologi informasi pada kegiatan perusahaan akan mengakibatkan usaha mengalami pergeseran paradigma struktur pasar, lokasi pasar, organisasi bisnis, dan proses bisnis. Seringkali dalam istilah teknologi informasi hal ini disebut dengan business process reengineering atau rekayasa ulang proses bisnis dengan cara mengganti semua pola bisnis lama dengan pola bisnis yang baru yang sama sekali berbeda dengan teknologi informasi sebagai enabler-nya.
Menurut Prihanto (2011), beberapa contoh perubahan dalam pola bisnis tersebut adalah:
1.      Berubahnya konsep Marketplace menjadi Marketspace, yaitu proses bisnis yang mengandalkan teknologi informasi sebagai media untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi bisnisnya secara on-line. Tidak memerlukan keberadaan tempat atau pasar secara fisik. Sekarang ini banyak komunikasi pemasaran dan promosi yang dilakukan melalui internet seperti email, skype maupun SMS yang menggunakan software internet.
2.      Berubahnya konsep Geografic Business model atau Location Base, menjadi Global Business Model atau Virtual Based, yaitu proses bisnis yang mengandalkan teknologi informasi sebagi media tranformasi informasi produk dan jasa secara on-line, sementara penjual dan pembeli berada di lokasi yang berlainan.
3.      Beubahnya konsep proses bisnis perusahaan mengarah pada:
a.       Direct marketing, di mana promosi dilakukan secara interaktif, on-line dan real time. Dengan demikian pihak hotel dapat lebih mendekatkan diri lagi dengan pelanggannya.
b.      Perluasan saluran distribusi produk dan jasa, baik melalui transfer digital  secara on-line, maupun pengiriman informasi layanan secara fisik melalui mitra kerja antar perusahaan. Dengan demikian hotel secara otomatis berpeluang untuk memperluas pangsa pasarnya.
c.       Efisiensi dalam proses transaksi dan efektif dalam pelayanan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena pemanfaatan TI dalam transaksi bisnis akan mampu mereduksi berbagai biaya, di antaranya biaya promosi dan biaya koordinasi (manajemen) melalui pola paperless (distribusi data dan informasi dilakukan secara elektronik).
d.      Inovasi dalam produk dan jasa, karena dengan bantuan TI produk dan jasa dapat disampaikan kepada pelanggan dengan lebih komunikatif, variatif, dan eksklusif.



Pencapaian kesetiaan pelanggan (customer loyalty)
Data pelanggan yang tersimpan baik memungkinkan manajemen memelihara hubungan dengan konsumen yang sudah pernah menggunakan jasa hotel, seperti mengirimkan email greeting, ulang tahun, dan informasi produk atau layanan baru. Serta komunikasi lain yang diperlukan dapat dilakukan dengan mudah.

Memenangkan kompetisi
            Teknologi informasi di bisnis perhotelan dapat memberikan dukungan penuh bagi perusahaan dalam hal evaluasi dan data pelanggan yang lengkap agar menjadi dasar pengembangan berbagai strategi kompetitif dengan cara yaitu :
a)   Memberikan dukungan terhadap operasional bisnis secara internal.
b)   Memberikan dukungan terhadap manajerial pembuatan keputusan.
c)    Memberikan dukungan terhadap pencapaian objektif organisasi serta pencapaian keuntungan kompetitif strategis.
            Dengan demikian usaha perhotelan siap dalam menghadapi lima competitive force yang disebutkan Porter, yang dapat menajamkan struktur kompetisi dalam lingkungan industrinya, yaitu :
a)      Rivalitas kompetitor dalam industri dan pasarnya.
b)      Ancaman pendatang baru dalam industri dan pasarnya.
c)      Ancaman yang dihadapi karena adanya produk pengganti yang dapat merebut pangsa pasar.
d)     Daya tawar pelanggan.
e)      Daya tawar pemasok.
            Strategi teknologi informasi Hotel dalam implementasinya pada operasional tentunya tidak terlepas dari kepuasan pelanggan dan efektifitas serta efisiensi, yaitu :
·         Strategi Low Cost Leadership
Strategi untuk mencapai biaya yang rendah dalam operasional bisnisnya. Teknologi informasi secara substansial mereduksi biaya yang digunakan dalam proses bisnis perusahaan dan mereduksi biaya produksi. Sebagai contoh, pemesanan layanan dilakukan secara on-line di internet, penawaran penjualan dilakukan secara on-line di internet. Serta semua operasional terekam dalam sistim informasi.
·         Strategi diferensiasi
Strategi untuk mengembangkan cara melakukan diferensiasi (perbedaan) produk dan jasa dari para pesaing. Dukungan startegis teknologi informasi dalam stratregi ini adalah membantu memberikan fitur yang dapat membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hotel secara umum selalu menjaga fasilitas promosinya untuk memberikan informasi yang selalu up to date dan kemudahan komunikasi.
·         Strategi Inovasi
Strategi untuk menemukan cara baru melakukan bisnis. Hal ini dapat melibatkan proses pengembangan berbagai produk dan jasa yang unik, atau memasuki ceruk pasar yang unik. Teknologi informasi mampu menciptakan perubahan yang inovatif dan radikal dalam proses bisnis yang secara dramatis dapat berdampak pada pemangkasan biaya, meningkatkan kualitas, efisiensi layanan terhadap pelanggan, serta mempersingkat penyampaian produk dan jasa ke pelanggan. Contoh, pemesanan kamar hotel secara on-line, sistem layanan total untuk pelanggan secara on-line.
·         Strategi Pertumbuhan
Strategi untuk menstimulan perusahaan agar secara signifikan memperluas kemampuan perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa, mengembangkan ke pasar global, maupun melakukan diversifikasi produk dan jasa yang baru. Contoh, pemesanan melalui jaringan satelit global, mengembangkan pemasaran on-line di internet, dan membangun jaringan satelit canggih yang dapat menghubungkan terminal titik penjualan (point of sale) di sejumlah partner kerjasama.

KESIMPULAN
         Penerapan teknologi informasi dalam bisnis hotel dapat menciptakan perubahan pola bisnis, kemampuan mencapai kesetiaan pelanggan dan memenagkan persaingan bisnis jasa akomodasi ini. Hal ini karena dengan penerapan tekologi informasi, hotel dapat mencapai biaya yang rendah dalam kegiatan operasional dengan jangkauan pasar yang luas. Direct marketing bisa dilakukan dan pembentukan basis data pelanggan memungkinkan beragam analisis data dalam pengembangan strategi pemasaran.