Rabu, 01 Mei 2013

Analisis Fundamental


A.    Latar Belakang
Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau dua-tiga  kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu, pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia mencapai 11%. Saat ini ketika banyak ketidakpastian menghantam perekonomian dunia, sektor pariwisata sudah diakui menjadi salah satu pilar penting perekonomian. Dari sedikitnya 1 miliar atau 1/7 dari total penduduk dunia telah melakukan perjalanan (Bisnis.com, 15 Juni 2012).
Penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa dan meningkatnya penduduk diperkotaan mendorong majunya sektor pariwisata nusantara selama kurun waktu 2012. Hal ini diiringi dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk sebagai akibat langsung dari pembangunan ekonomi, sekaligus munculnya 6,5 juta masyarakat kelas menegah baru (Antara News, 30 Desember 2012).
Pada tahun 2012 angka sementara BPS menunjukkan terjadi 245 juta perjalanan wisata dengan total pengeluaran mencapai Rp171,5 triliun (pernyataan Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kemenparekraf dalam Antara News, 30 Desember 2012).
Pada tahun 2013 ini pemerintah menargetkan sembilan juta turis asing datang ke Indonesia dengan estimasi pemasukan sekitar 10 milyar dollar AS, atau sekitar Rp97 triliun (Pos Kota News.com 6 Desember 2012). Saat ini wisatawan asing yang banyak mengunjungi Indonesia masih didominasi oleh wisatawan ASEAN dan Australia. Dan yang paling besar dikunjungi adalah Bali, Jakarta, Riau, Batam, Lombok dan Raja Ampat.  
Badan Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) memperkirakan industri pariwisata global akan tumbuh antara 3-4 persen pada 2013. Hal ini didorong pertumbuhan pengunjung yang lebih tinggi sebesar 6 persen di pasar negara berkembang (Sindonews.com, 8 Maret 2013).
Realisasi pertumbuhan  ekonomi Indonesia di Tahun 2012 mencatatkan angka 6.23% sepanjang tahun 2012. Angka ini masih di bawah target APBN-P 2012, namun, pencapaian ini masih dalam target yang realistis yakni pada kisaran 6.3 – 6.5%. Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh pengeluaran rumah tangga (5.28%), pengeluaran konsumsi pemerintah (1.25%), pembentukan modal tetap bruto (PMTB) (9.81%, ekspor (2.01%), dan impor 6.65%. Sektor–sektor ekonomi yang membukukan pertumbuhan tertinggi yakni sektor pengangkutan dan komunikasi 9.98%, sector perdangangan, hotel dan reestoran 8.11% serta sektor konstruksi 7.50%. Namun kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah sektor Industri Pengolahan yakni sebesar 23.94% dan Sektor Perdangan,hotel dan restoran 13.90% (The President Post Indonesia, 25 Februari 2013).
Terkait dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh selama tahun 2012, hal ini didorongoleh jumlah wisatawan mancanegara selama periode Januari – Desember 2012 yang mencapai 8.044.462 orang atau meningkat sebesar 5.61% dibandingkan tahun 2011. Kenaikan jumlah wisman ini terjadi di sebagian besar pintu masuk utama, dengan persentase kenaikan tertinggi tercatat di pintu masuk Bandara Husein Sastranegara, Bandung, sebesar 27,28 persen, diikuti Bandara Adisutjipto, Yogyakarta 22,35 persen, dan Bandara Sepinggan, Balikpapan 7,82 persen.
Pertumbuhan wisatawan nusantara juga meningkat seiring dengan peningkatan kelas menengah, pertumbuhan hotel, perbaikan infrastruktur serta pertumbuhan rute penerbangan menuju pusat pariwisata utama di Indonesia. Selain menjadi tujuan wisata, perkembangan bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition) di Indonesia yang terus tumbuh, tidak kurang dari 466.000 perusahaan beroperasi di Indonesia dapat menjadi peluang besar untuk menggelar event minimal 1 tahun sekali pada pusat bisnis dan pariwisata di Indonesia.
Didukung dengan keadaaan pariwisata yang kondusif, dan memanfaatkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang baik, PT Bukit Uluwatu Villa memanfaatkan peluang ini dengan usaha perhotelannya. Perlu diketahui, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk didirikan pada tahun 2000 dan memiliki kegiatan usaha utama dalam bidang penyediaan jasa akomodasi dan perhotelan. Kepemilikan atas perusahaan terdiri dari PT Asia Leisure Network (40,29%),  Archipelago Resort and Hotels Ltd (16,19%) dan publik (43,52%). Perusahaan berdomisili di Badung, Bali. Perusahaan telah  mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada bulan Juli tahun 2010.
Ditengah ketatnya persaingan bisnis perhotelan, perusahaan ini telah melakukan sejumlah aksi korporasi di berbagai daerah yang menjanjikan prospek cerah bagi perusahaan dan pemegang sahamnya. Dengan kondisi fundamental dan makro ekonomi yang baik seperti telah dijelaskan maka PT Bukit Uluwatu Tbk terus berekspansi dengan akuisisi berbagai properti di tujuan wisata yang ternama.
Kondisi fundamental menjadi peran utama dalam menentukan pembentukan harga saham. Kondisi baik buruknya emiten akan menentukan baik buruknya kinerja sahamnya. Investor harus dapat menilai apakah sekuritas yang menjadi pilihan investasi di pasar modal mampu memberikan keuntungan secara optimal. Salah satu cara untuk melakukan analisis adalah dengan menggunakan alat analisis fundamental. Analisis ini mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dengan menggunakan hubungan variael-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental atau juga dikenal dengan analisis nilai intrinsik melibatkan data keuangan dan data fundamental dari perusahaan untuk menduga nilai saham dan memprediksi pergerakan harga saham pada waktu yang akan datang. Dalam membuat peramalan harga saham tersebut langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan hal lainnya.
Analisis fundamental dilakukan dengan cara menghitung nilai saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan tersebut seperti tingkat omset dan biaya biaya serta resiko yang dihadapi perusahaan.
Analisis fundamental menyatakan bahwa nilai intrinsik dari aktiva keuangan sama dengan nilai sekarang dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik asset. Sesuai dengan hal itu maka analisis fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian dikonversikan menjadi nilai sekarang dengan menggunakan tingka diskon yang tepat. Sebagian informasi fundamental berhubungan dengan keadaan ekonomi, industri dan kondisi perusahaan.