Berikut
adalah tulisan dari Bapak Rhenald Kasali yang saya ambil dari Kompas. Menarik,
mohon ijin Pak untuk saya simpan di Blog saya. Kali ini tentang kesuksesan dalam
menangkap peluang yang diperoleh karena keberuntungan dan persiapan yang matang
dalam memperbaiki perusahaan. Mari kita simak….
Liverpool
dan Garuda Indonesia
KOMPAS.com
— Esok hari setelah tim
sepak bola Liverpool tiba di Jakarta pada Rabu (17/7/2013), saya bertemu dengan
Emirsyah Satar. Hari itu Emir semringah. Pujobroto, Kepala Komunikasi Garuda
Indonesia, membawa setumpuk surat kabar. Hari itu hampir semua surat kabar
nasional menurunkan headline kedatangan tim Liverpool di Jakarta.
Berita
tentang kedatangan tim sepak bola dunia sudah pasti menarik perhatian. Wajar
bila menjadi headline. Tetapi, menjadi luar biasa karena semua berita
menampilkan gambar saat ke 25 pemain berkaus merah menyala turun dari tangga
pesawat Garuda Indonesia. Di situ terpampang logo besar Liverpool dan di
sebelah tangga logo Garuda pada sebuah badan pesawat.
Emir
terkekeh. Pasalnya, sponsor utama yang mendatangkan Liverpool ke Indonesia
bukanlah Garuda Indonesia. Garuda Indonesia adalah global official airline
yang dipakai Liverpool dalam setiap turnya di Asia dan Australia. Jadi, untuk
tur kali ini ke semua negara tujuan di Asia dan Australia, Liverpool terbang
bersama Garuda Indonesia sehingga foto-fotonya akan terpampang di media massa
mancanegara.
Garuda
menandatangani kontrak dengan Liverpool akhir tahun lalu untuk tiga musim
kompetisi (2012–2015). Sedangkan sponsor resmi yang mendatangkan Liverpool ke
sini adalah Standard Chartered Bank, yang membayar 20 juta poundsterling untuk
setiap musimnya.
"Luck is preparation"
Kami terkekeh-kekeh karena sepertinya Emir menjadi orang yang sangat beruntung, selalu seperti ketiban durian runtuh. Kisahnya sedang saya tulis dalam buku From One Dollar to be Billion-dollars Company. Ya, itu kisah bagaimana Emir memutar balik Garuda dari semula perusahaan yang nyaris bangkrut (ibaratnya hanya dihargai satu dollar AS) menjadi perusahaan besar yang dinilai miliaran dollar AS.
"Luck is preparation"
Kami terkekeh-kekeh karena sepertinya Emir menjadi orang yang sangat beruntung, selalu seperti ketiban durian runtuh. Kisahnya sedang saya tulis dalam buku From One Dollar to be Billion-dollars Company. Ya, itu kisah bagaimana Emir memutar balik Garuda dari semula perusahaan yang nyaris bangkrut (ibaratnya hanya dihargai satu dollar AS) menjadi perusahaan besar yang dinilai miliaran dollar AS.
Kisahnya
dimulai dari sebuah telepon yang tiba-tiba berdering di sakunya, seseorang yang
biasa membuat signboard iklan di lapangan sepak bola menyapa Emir.
Sambil berkenalan, orang itu straight to the point menjelaskan niatnya
untuk mengajak Garuda memasang iklan di tepi lapangan sepak bola Inggris.
"We would like to offer you to be sponsor of the event."
Saya bilang, ”How much do you expect? tanya Emir. "The sign
board usually costs a million," ujarnya. Terus saya bilang, “Sorry
I don’t have a budget. I’m not interested.” Tapi katanya, “No! But, we
need a good airline."
Ceritanya,
sponsor airlines yang sudah sepakat tiba-tiba menarik diri, sementara
orang itu sudah commit untuk memasangnya. Itu adalah event
babak prakualifikasi Piala Dunia, pertandingan antara Belanda versus Inggris.
Orang itu
mengajukan tawaran sekitar setengah juta dollar AS, dan Emir pun menampiknya.
Tetapi, ia meminta agar Emir jangan memutuskan telepon dan menanyakan berapa
kesanggupannya. Dengan sigap Emir mengatakan, perusahaannya adalah public
listed company, ia harus membawa ke dalam rapat board. Tetapi,
kalau 60.000 dollar AS ia bisa menerima. Orang itu minta waktu. Dan, beberapa
saat kemudian ia menelepon kembali: deal!
Bagaimana
kami tak terkekeh-kekeh. Dari setengah juta dollar AS, ia bisa mendapat harga
60.000 dollar AS. Ini benar-benar lucu. Sebab, untuk memasang iklan full
color di media nasional saja belum tentu cukup sebesar itu.
Wajar
bila Garuda Indonesia berkepentingan dengan citranya di Inggris. Tahun 2013
Garuda akan terbang direct Jakarta–London. Sementara itu, citra masa
lalunya tidak begitu baik. Menyusul deregulasi dalam industri penerbangan
domestik, sejak tahun 2003 banyak airlines baru bermunculan dengan
menawarkan tarif murah di sini. Namun, itu bukan tanpa risiko. Satu per satu
pesawat berjatuhan dan Indonesia dikenal sebagai negeri yang kurang peduli
dengan keselamatan penerbangan.
Akibatnya,
pada tahun 2007, Uni Eropa yang merupakan gabungan dari 27 negara mengeluarkan larangan
terbang terhadap empat armada penerbangan nasional ke wilayah itu, termasuk
Garuda. Garuda Indonesia tentu tak bisa berkilah bahwa itu bukan Garuda,
melainkan perusahaan-perusahaan penerbangan swasta yang masih baru. Kabar buruk
itu tidak hanya merusak citra Garuda, tetapi juga dunia pariwisata nasional.
Turis-turis Eropa beralih ke negeri tetangga.
Maka,
wajarlah Garuda berkepentingan terhadap pemulihan citranya. Mengapa orang itu
datang ke Emir?
Jawabnya
sederhana. Seneca pernah mengatakan, tak ada keberuntungan yang datang
tiba-tiba dari langit. “Luck is somewhere when opportunity meets
preparation," ujarnya.
Garuda sudah lama mempersiapkan diri. Sejak keluar dari larangan terbang ke Eropa (2009), Emir dan timnya segera mempercantik Garuda. Sejak itu penghargaan demi penghargaan intenasional pun diterima. Garuda pun mendapatkan penghargaan sebagai "World Best Regional Airlines" dari Skytrax. Hal ini tentu menarik perhatian dunia. Itulah yang dikatakan si penelepon tadi sehingga ia merasa lebih butuh Garuda daripada sebaliknya. Meskipun di sisi lain, Garuda merasa ia-lah yang berkepentingan.
Garuda sudah lama mempersiapkan diri. Sejak keluar dari larangan terbang ke Eropa (2009), Emir dan timnya segera mempercantik Garuda. Sejak itu penghargaan demi penghargaan intenasional pun diterima. Garuda pun mendapatkan penghargaan sebagai "World Best Regional Airlines" dari Skytrax. Hal ini tentu menarik perhatian dunia. Itulah yang dikatakan si penelepon tadi sehingga ia merasa lebih butuh Garuda daripada sebaliknya. Meskipun di sisi lain, Garuda merasa ia-lah yang berkepentingan.
Tak
disangka, sign board di tepi lapangan yang terkesan serba kebetulan
dalam babak prakualifikasi Piala Dunia itu ternyata menempatkan Garuda
Indonesia dalam radar para manajer klub sepak bola Eropa. Sejak itulah tawaran
datang dari dua klub besar, Chelsea dan Liverpool.
Mengapa memilih Liverpool?
Simpel saja. Liverpool memiliki sejarah dan tata nilai yang sama dengan yang tengah dibangun di Garuda Indonesia. Sejarahnya yang panjang dengan rangkaian kemenangan yang stabil adalah poin penting untuk pengambilan keputusan. Sedangkan prestasi tim lainnya sangat tergantung pada siapa yang tengah menjadi pemiliknya. Selain itu, "The Reds", julukan Liverpool, memiliki 580 juta penggemar di seluruh dunia. Jumlah penggemarnya di Asia mencapai 300 juta orang, dan 1,5 juta di antaranya di Indonesia.
Mengapa memilih Liverpool?
Simpel saja. Liverpool memiliki sejarah dan tata nilai yang sama dengan yang tengah dibangun di Garuda Indonesia. Sejarahnya yang panjang dengan rangkaian kemenangan yang stabil adalah poin penting untuk pengambilan keputusan. Sedangkan prestasi tim lainnya sangat tergantung pada siapa yang tengah menjadi pemiliknya. Selain itu, "The Reds", julukan Liverpool, memiliki 580 juta penggemar di seluruh dunia. Jumlah penggemarnya di Asia mencapai 300 juta orang, dan 1,5 juta di antaranya di Indonesia.
Ada 10,2
juta penggemar yang mengakses akun FB klub ini, ditambah 1,1 juta followers
dalam akun Twitter-nya. Sebagai klub tertua di Liga Inggris yang didirikan pada
1892, saya tak heran bila Liverpool memiliki pendukung fantastis yang terbesar
di dunia. Akhirnya deal pun dicapai, dan ini bagus bagi peningkatan
citra Garuda dalam bisnis internasionalnya. Lihatlah iklan baru TVC Garuda
Indonesia yang sekarang banyak ditayangkan di media global, juga memakai talent
Liverpool.
Saya kira kita bisa belajar, tak ada
keberuntungan yang datang tiba-tiba. Semuanya bentuk kerja keras dan perjuangan
yang panjang. Intinya apa lagi kalau bukan persiapan. Keberuntungan hanya akan
tiba pada orang-orang yang siap. Mau beruntung? Enggak cukup pakai celana
pendek saja. Harus cerdas dan mempersiapkan diri jauh-jauh hari.