A. LATAR BELAKANG
Kegiatan Travel and Tourism atau Bisnis
Perjalanan dan Wisata adalah satu bisnis yang sifatnya terbuka. Pelaku bisnis
ini dituntut untuk bisa menerima sebanyak-banyaknya pengunjung dan mengerti
seluas-luasnya keinginan dan kebutuhan mereka. Berusaha menerima kebiasaan dan
budaya atau culture pengunjung serta
mengerti apa yang mereka butuhkan kemudian selama mereka melaksanakan kunjungan
wisata ke wilyah tertentu. Bukan hal yang mudah memang untuk dapat
melakukannya. Hal ini sering menjadi satu hal terabaikan dalam membenahi dunia
kepariwisataan di Indonesia. Bentuk konkretnya, kita mungkin seringkali
bertanya “Kenapa perkembangan dan pertumbuhan pariwisata di Bali berbeda dengan
kawasan lain di Indonesia baik dalam hal jumlah wisatawan maupun rata-rata lama
kinjungan, artinya Bali menjadi lebih maju dengan objek wisata yang sama?
Kenapa Bali bisa menjadi primadona pariwisata Internasional sedangkan
pengunjung yang berasal dari luar negeri sering tidak mengenal Indonesia ketika
ditanyakan kepada mereka padahal mereka mengenal Bali ?”
Bisnis berupa
kegiatan pariwisata memang bukan hal yang baru di Pulau Bali. Di Bali iklim kepariwisataannya sangat dominan dan
kental. Dalam artian tingkat kesadaran wisata masyarakat sangat tinggi. Jauh
berbeda jika Bali dibandingkan dengan tempat lain di Indonesia yang terkadang
bahkan memiliki modal wisata yang lebih besar. Tempat yang menarik lebih dari
Pulau bali masih banyak. Sebut saja Bunaken, Pantai Senggigi, dan Yogyakarta,
tentu tak kalah menarik. Banyak anak-anak dan remaja yang dengan sengaja memang
dididik untuk mengembangkan serta mendukung kegiatan pariwisata Bali. Sebut
saja sekolah kepariwisataan, perhotelan, bisnis, dan seni bisa dijumpai di Bali
dengan jumlah relative lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain.
Membudayakan budaya Bali dikalangan masyarakat sendiri juga menjadi tahapan
yang telah dilewati. Kebiasaan senyum dan sapa yang ramah, kelihaian dalam
pertunjukan menari, bahkan corak arsitektur yang dipertahankan yang didukung
dengan peraturan daerah tertentu menjadi bukti bahwa kebudayaan yang diturunkan
masyarakat terdahulu masih membudaya dalam diri masyarakat modern Bali. Dan
bukan tidak mungkin tahapan membudidayakan budaya ini bisa saja dilewati
kawasan lain dengan lebih baik. Artinya budaya sangat bisa dibentuk. Asal punya
modal budaya asli yang unik sehingga bisa untuk dijual.
Pemahaman yang lebih tinggi akan
kepariwisataan ini dibandingkan masyarakat di kawasan lain menyebabkan
masyarakat Bali paham benar dengan konsep untuk menerima sebanyak-banyaknya dan
mengerti seluas-luasnya tadi. Di Bali masyarakatnya lebih mampu untuk menerima
budaya masyarakat luar yang masuk ke Indonesia. Contohnya kebiasaan
minum-minuman keras yang mungkin tidak bisa diterima masyarakat di kawasan
lain. Di Bali, masyarakat malah justru ikut menjual minuman keras. Masyarakat
berusaha untuk mengerti tentang budaya asing yang akan masuk. Sedangkan contoh
lainnya perihal agama, cara berpakaian, dan cara hidup yang tidak terlalu
dipermasalahkan di Bali. Bali mencoba mengerti cara hidup masyarakat luar dalam
hal ini lebih sering dari Negara asing. Ketika kita mencoba membatasi akan
budaya yang boleh masuk dan yang tidak, maka pariwisata tidak akan berkembang
seperti di Bali. Misalnya menerapkan kebijakan untuk memeriksa pasangan yang
akan masuk ke hotel dengan Surat Nikah. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan
kebiasaan masyarakat dari Negara asing atau pasangan bule yang tidak
mensakralkan pernikahan seperti di Indonesia. Demikian sama halnya ketika
wanita berkerudung dilarang mengenakan kerudung di Eropa. Hal-hal yang tidak
nyaman dengan berlatar belakang dari tidak adanya pemahaman untuk menerima ini
membuat kegiatan pariwisata tidak berkembang.
Proses selanjutnya dari kedatangan para
pengunjung adalah mereka akan mencari tempat akomodasi untuk tinggal di Bali.
Baik berupa penginapan sederhana berupa hotel melati sampai dengan hotel
bintang lima sesuai dengan cita rasa dan preferensi mereka. Maka kegiatan travel and tourism ini akan menimbulkan
permintaan akan hunian sementara yang memiliki pasar yang besar.
Berikut ini adalah data banyaknya wisatawan
yang datang ke Indonesia berdasarkan pintu masuk yang dimulai bulan Januari
2012 sampai dengan Mei 2012.
Tabel 1. Banyaknya
Wisatawan yang datang berdasarkan pintu Masuk Tahun 2012
( Jan-Mei)
Sumber : BPS
Berdasarkan data diatas, Bandara Ngurah Rai
menjadi entry port yang paling banyak
dengan jumlah kinjungan tertinggi di bulan Januari 2012. Hal ini seiring dengan
musim liburan bagi wisatawan di tahun baru maupun pergantian musim. Berdasarkan
table di atas dapat dijadikan indikator bahwa memang kegiatan bisnis pariwisata
di Bali memiliki keunggulan dibandingkan dengan kawasan lain.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Budaya menurut
Mulyana dan Rakhmat adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat
kompleks, luas dan abstrak. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
social manusia1.
Pemahaman akan tren
pasar yang kurang dan apa yang turis butuhkan membuat kawasan lain kurang
berkembang. Salah satunya adalah di daerah Sumatera Barat. Sumatera Barat
merupakan salah satu kawasan strategis yang memang direncanakan untuk fungsi
wisata sejak jaman rezim Presiden Soeharto2. Akan tetapi
perkembangan sektor pariwisata berjalan lambat karena kurangnya kajian terhadap
tren permintaan pasar dan kurangnya pemahaman. Kurangnya alternative objek
wisata menjadi masalah utama disini. Objek wisata yang dominan berupa wisata
alam dan sejarah tidak diimbangi fasilitas lain yang disesuaikan dengan tren
pasar. Sumatera Barat menyediakan Bukittinggi sebagai tujuan wisata alam dan
sejarah tapi memaksa pengunjung untuk ikut “hidup primitif”. Hotel berbintang
masih kurang, lapangan golf minim, potensi wisata alam sekedar cukup untuk
ditontoni tanpa pengelolaan lebih lanjut. Berbeda dengan Bali dimana ketika
pengunjung jenuh dengan pantai, malamnya mereka bisa dugem, paginya bisa golf,
siangnya ke pegunungan, sorenya wisata religi, dan lain-lain. Keberagaman
alternatif things to see, do, and buy di Bali menciptakan lebih banyak
alasan bagi pengunjung untuk datang ke Bali3. Bahkan lagi dan lagi.
Pada prinsipnya dalam berwisata, traveler selalu ingin mengambil waktu liburan
sesingkat mungkin dan mengunjungi tempat wisata sebanyak mungkin. Hal ini yang
harus disikapi jeli oleh pihak penyedia kawasan wisata. Perhatian akan tren
pasar dan sekali lagi kesediaan untuk menerima dan mengerti cara hidup dan apa
yang diinginkan oleh pengunjung. Karena sekali lagi pariwisata adalah suatu
bisnis yang memerlukan keterbukaan. Semakin kita menutup diri maka kita akan semakin
memboikot kepariwisataan.
Kegiatan wisata
telah menjadi subjek yang penting dalam kajian budaya. Dibanyak tempat didunia
kegiatan pariwisata juga menjadi agen untuk konstruksi dan rekonstruksi budaya
tradisional. Fakta yang ada sekarang adalah pakaian adat atau tradisional,
rumah adat, tari-tarian adat hanya ada ketika ada pengunjung atau wisatawan
datang ke daerah tesebut4. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan,
memang budaya asli yang ada menjadi keunggulan suatu daerah akan mendatangkan
bisnis pariwisata dan turunannya seperti akomodasi hotel dan restoran. Hal ini
mengingat bahwa para wisatawan akan memerlukan tempat tinggal sementara dan kebutuhan
akan makanan.
Kegiatan bisnis
hotel pada dekade terkahir telah meninjukkan bahwa telah terjadi akselerasi
ekspansi dalam bisnis tersebut5. Beroperasinya hotel dengan beragam
manajemen yang sangat ternama sebut saja Conrad Hilton, Swiss Bell Hotel, dan Kempinsky telah mendunia. Mereka menjadi
pemain-pemain internasional yang menangkap peluang perkembangan bisnis
pariwisata dan akomodasi.
C. ANALISIS
Berdasarkan tinjauan
pustaka pada bab diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
budaya menjadi faktor penting dalam
bisnis pariwisata. Daya tarik budaya, menjadi magnet bagi kedatangan wisatawan.
Tentu para wisatawan tinggal di tempat tujuan akan memerlukan beragam akomodasi
tempat tinggal yang akan mempengaruhi bisnis turunan dari pariwisata yaitu
hotel dan restoran (tempat tinggal dan
makanan). Hal ini dapat digambarkan dalam sebuah hubungan sebagai berikut:
D. KESIMPULAN
Budaya akan menjadi daya tarik wisata yang akan mengakibatkan
kunjungan wisatawan ke suatu wilayah. Kunjungan wisatawan ini akan memunculkan
permintaan jasa akomodasi yang membuat bisnis hotel semakin berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Ayoun, B. (2008), “Does national culture affect hotel managers’ approach to business strategy
?”,
International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol 20,No 1,
pp.7-18.
Badan Pusat Statistik (2012), Statistik
Indonesia. Jakarta, Indonesia
Mulyana, D dan Rakhmat, J. (2006), Komunikasi
antar budaya: Panduan Berkomunikasi
dengan Orang-orang berbeda budaya. Bandung: Penerbit Remaja.
Yamashita, S.(1999),”Bali
Cultural Tourism and Touristic Culture”, Proquest
Research Library, Vol 67,
pp.177
Tidak ada komentar:
Posting Komentar