Sabtu, 24 November 2012

Paper Politik dan Ekonomi (Sektor Bisni Pariwisata)


PENDAHULUAN
Perkembangan dan kondisi persaingan dunia bisnis telah menjadi semakin cepat, semakin komplek, semakin kompetitif dan untuk memprediksi arah kedepan menjadi semakin sulit. Beragam tantangan bisnis membuat kemampuan pemimpin perusahaan untuk membuat keputusan yang tepat dan respon yang cepat untuk menangkap peluang bisnis menjadi penting. Pelanggan dan stakeholder lainnya memiliki peranan kunci untuk tetap dapat bertahan didunia bisnis atau kalau tidak kita akan going out of business.
Pada umumnya perubahan lingkungan bisnis dapat memunculkan beragam peluang dan ancaman bagi para pelaku bisnis. Kondisi eksternal seperti perkembangan politik dalam negeri, perkembangan perekonomian kawasan regional, perkembangan dan perubahan budaya, kondisi perekonomian internasional perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kondisi bisnis berjalan.
Pada masa sekarang, banyak elit partai politik berasal dari kalangan pengusaha atau pebisnis. Hal ini dapat dimaklumi mengingat untuk dapat memenangkan suara dalam pemilu, dengan membentuk tim sukses dan kampanye politik memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk memperoleh biaya kesuksesan dalam kampanye dan memenangkan suara tersebut tentunya partai politik membutuhkan pengusaha dalam urusan keuangannya.
            Contoh regulasi politik yang mempengaruhi dunia bisnis adalah peraturan tentang ekspor impor dan masalah perpajakannya. Seperti dalam kasus mobil Timor dalam era Soeharto. Keistimewaan peraturan digunakan untuk kerabat pimpinan sehingga persaingan dunia bisnis menjadi tidak sehat. Hal ini harus dibayar mahal oleh para pemegang saham lawan bisnis Tommy Suharto, yaitu PT Astra dengan turunnya harga saham yang membuat para pemegang saham PT Astra kehilangan kesejahteraanya sebesar Rp500 milyar lebih pada tahun 1995, saat regulasi tentang mobil nasional digulirkan. Dari contoh kasus diatas dapat dipahami betapa regulasi yang diciptakan oleh pimpinan politik sangat mempengaruhi dunia bisnis.

PEMBAHASAN
Gambaran Politik Indonesia Reformasi dan Sekarang
Indonesia  adalah Negara dengan Undang-undang dasar 1945 sebagai dasar konstitusinya. Dengan UUD 1945 ini maka kekuasaan eksekutif dan legislatif serta yudikatif terjadi pemisahan. Perubahan strukutural politik terjadi setelah turunnya Presiden Suharto, presiden kedua Indonesia setelah memimpin Negara Indonesia selama 32 tahun, yaitu tahun 1998, dan dibawah kepemipinan yang pendek dari penggantinya Presiden Habibi dalam selang waktu 1998 dan 1999.  
Pemerintahan Presiden Habibi melakukan reformasi politik dengan menerapkan sistem aturan baru pada pemilihan umum, yang akan menjadi wakil rakyat di DPR dan MPR. Serta praktik politik partai tanpa mengubah UUD 1945. Setelah reformasi ini maka masa kepemimpinan presiden dibatasi hanya menjadi dua kali. Selama masing masing lima tahun kepemimpinan. Presiden dan wakil presiden dipilih berdasarkan pemilihan langsung, hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 2004 pada bulan September. Pada masa sebelumnya MPR lah yang memilih presiden dengan suara terbanyak.
Pada tahun 1999 MPR memilih Abdurrahman Wahid sebagai presiden keempat Indonesia.  Pada bulan Juli 2001 MPR menurunkan Gusdur dan segera menggantikannya dengan Wakil Presiden Megawati Sukarno Putri. Megawati membawa iklim poitik di Indonesia pada kondisi yang stabil. Namun  di era Megawati ini belum terjadi usaha yang terkonsentrasi untuk melawan korupsi dan memajukan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada tahun 2004, SBY terpilih menjadi pengganti Megawati. Semenjak tahun 2006, kondisi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang stabil dengan kisaran angka 5 sampai dengan 6 persen. Berikut adalah tabel dari Pertumbuhan GDP Nominal Indonesia (gambar diambil dari materi kuliah Pembangunan Ekonomi).
Dari tabel dapat dilihat bahwa semenjak pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu tahun 2004 sampai dengan sekarang pertumbuhan GDP selalu diatas 5% pertahun. Hal ini semakin membaik pada tahun terakhir ketika kestabilan moneter atau inflasi dapat dijaga oleh Bak Indonesia pada kisaran 4,5%. Komitmen politik SBY untuk meningkatkan perekonomian adalah hal penting. Pada mas SBY juga disusun MP3EI yang menjadi arah pembangunan Indonesia di semua kawasan dari Barat sampai Timur Indonesia.

Kondisi Bisnis Pariwisata
Sesuai dengan data yang diperoleh dari WTCC, pada tahun 2011 kontribusi bisnis Pariwisata dan perhotelan pada GDP Dunia mencapai 2 triliun dollar (atau 2.8% dari total GDP dunia). Jika dibandingkan dengan beberapa industri manufaktur terbesar, maka hal ini lebih besar dua kali daripada GDP industri otomotif dan 1,3 kali lebih besar dari industri kimia.
Para pemain utama bisnis hotel telah mengalihkan pertumbuhan tidak hanya di Eropa dan Amerika Serikat, tetapi merambah Negara Negara berkembang di Asia (Wu, Costa, Teare (1998) dalam Ayoun 2006). Pihak hotel kini melihat bahwa pasar sekarang adalah dunia, tidak sempit di masing-masing wilayah goegrafis tertentu. Perkembangan moda transportasi telah memungkinkan hal ini. Hotel sebagai saranan akomodasi adalah turunan dari kegiatan travel and tourism.
Dalam fokus paper ini akan dibahas hubungan politik dan industri pariwisata dan perhotelan. Ada beberapa perilaku wisatawan yang perlu dicermati dalam bisnis. Pertama adalah mereka ingin menikmati alam, keindahannya, panorama pantai, gunung, dan danau. Kedua selain hal tersebut mereka akan menggunakan waktunya juga untuk menikmati kreasi budaya (culture) dan peninggalan bersejarah di suatu daerah tertentu dan negara tertentu.
Perilaku wisatawan perlu menjadi perhatian karena strategi pengembangan pariwisata bermula dari hal tersebut. Dengan diberlakukan Undang-undang Nomor  22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,  maka wewenang untuk mengembangkan wisata menjadi terletak di daerah dan tidak terpusat di Jakarta saja. Ada otonomi untuk mengembangkan pariwisata di daerah masing-masing. Daerah dapat mempromosikan sendiri wilayahnya untuk menjadi tujuan wisata sesuai dengan keunggulan daerahnya masing-masing. Keadaan pariwisata akan mempengaruhi bisnis perhotelan di Indonesia.
Kondisi politik yang tenang dan stabil merupakan prasyarat perkembangan usaha dan bisnis. Dalam kondisi yang tidak aman dan nyaman untuk investasi tentu saja investor tidak akan datang. Hal ini sejalan dengan kondisi wisatawan manca negara. Keamanan suatu daerah atau negara dana stabilnya kondisi politik akan mendukung kedatangan dan hadirnya wisatawan.
Dari instansi terkait diperoleh informasi, bahwa saat kepemimpinan orde baru dengan keadaan politik relatif stabil sampai dengan tahun 1998, maka jumlah kunjungan wisatawan juga stabil tanpa ada penurunan. Akan tetapi pada saat kondisi politik yang chaos pada masa terjadinya kerusuhan massal tahun 1998, banyak wisatawan membatalkan kunjungannya ke Indonesia sehingga terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia sehingga terjadi konstraksi pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia.
            Informasi dari BPS, tentang jumlah kunjungan wisatawan setelah masa orde baru dengan beberapa guncangan terorisme Imam Samudera dan kawan-kawan yang terjadi pada masa Pemerintahan Megawati, maka dapat disimpulkan kondisi keamanan sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, dimana pada tahun 2002 dan 2004 terjadi bom Bali sehingga kembali menyebabkan penurunan jumlah wisatawan asing pada tahun-tahun setelah terjadinya peristiwa tersebut.

KESIMPULAN        
Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan betapa kondisi politik dalam negeri yang baik disertai dengan tingkat keamanan yang memadahi maka akan mempengaruhi perkembangan bisnis pariwisata dan bisnis turunannya seperti hotel, restoran dan jasa transportasi.
(ditulis dengan berbagi sumber yang ada pada penulis)

Rabu, 07 November 2012

Pengaruh Demografi Terhadap Bisnis Pariwisata


A.    LATAR BELAKANG
Semakin membaiknya tingkat standar kehidupan di berbagai belahan dunia memiliki implikasi bagi sikap terhadap pekerjaan dan rekreasi. Kenaikan pendapatan cenderung disertai dengan pergeseran nilai untuk memperoleh rekreasi lebih banyak karena kini orang memiliki kemampuan untuk membayar hal-hal yang mereka inginkan. Tren ini terlihat di Eropa, di mana telah terjadi penurunan jam kerja sejak tahun 1970 serta di Amerika Latin dan Karibia. Hal ini bahkan mulai muncul di Amerika Serikat dan Asia Timur yang secara tradisional jam bekerja jauh lebih lama dari Eropa dan banyak negara berkembang (World Tourism Organization, 2010).
Efek peningkatan kesejahteraan dalam teorinya tentu tidak dapat dijelaskan secara sederhana seperti itu. Pada tingkat tertentu utilitas kesejahteraan dapat berhenti. Orang-orang di Barat yang telah berkembang gaya hidupnya, terutama di Amerika Serikat di mana pendapatan mengalami stagnasi, setidaknya untuk sementara ini, sementara biaya hidup telah meningkat mengakibatkan penurunan secara riil dalam standar hidup. Krisis ekonomi 2008/2009 menjadi penyebab dari buruknya keadaan ini. Batasan kemampuan ekonomis berdampak pada pilihan liburan selama beberapa tahun yang akan datang (World Tourism Organization, 2010).
Pada tahun 2011, output dunia - dan pendapatan per kapita - terus pulih dari resesi 2008-2009. Gross World Product (GWP) tumbuh 3,7%, dibanding tahun 2010. Sementara itu bisnis perjalanan dan pariwisata menyumbang angka yang cukup besar dalam GDP dunia yaitu sebesar 6 triliun dollar AS. Hal ini berarti bahwa sebesar 9% GDP dunia adalah berada di sektor perjalanan dan pariwisata. Dampak dari besarnya bisnis ini adalah 260 juta orang bekerja pada sektor yang terlibat pada pariwisata baik langsung maupun tidak langsung dan 100 juta diantaranya terlibat langsung. Demikian data dari World Tourism Council.
Lebih lanjut dari hal tersebut adalah permintaan perjalanan dan pariwisata menimbulkan dampak terhadap investasi. Pembangunan hotel, pembaharuan moda transportasi udara dan bisnis kapal wisata besar. Pada tahun 2011, data dari World Tourism and Travel Council menyebutkan bahwa 4,5% investasi dunia yaitu sebesar 650 milyar dollar AS berada pada sektor ini.  
Sehubungan dengan itu, Bali sebagai tujuan wisata dunia, tentu tidak hanya mengandalkan kunjungan wisatawan dalam negeri. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya hotel di sekitar kawasan Bali Selatan yang merupakan pembidik para wisatawan manca negara. Mahalnya tarif hotel per malam dapat menunjukkan bahwa segmentasi pasar yang ingin diperoleh adalah para pelancong luar negeri yang berkantong tebal dan menginginkan tingkat kepuasan layanan hotel yang memiliki standar tinggi.

B.     PEMBAHASAN
Menurut World Tourism Organisation (2010) demografi merupakan salah satu faktor eksternal yang membentuk permintaan pariwisata dan pembangunan. Struktur masyarakat yang terus berubah, dan untuk instansi publik dan swasta yang bekerja di sektor pariwisata adalah relevan untuk mempelajari perubahan-perubahan dalam rangka untuk mengantisipasi dan bereaksi terhadap perubahan dan menyusun cara dan strategi yang paling kompetitif.
Perubahan demografis berdampak pada pola permintaan traveling, termasuk frekuensi, lama tinggal, produk, dan akibatnya pada strategi komunikasi para pelaku bisnis pariwisata. Pada masa akhir-akhir ini disebutkan oleh WTO bahwa populasi di beberapa negara maju mengalami penuaan. Sementara pada negara berkembang lebih banyak populasi orang mudanya.
Faktor-faktor demografi dunia yang berpengaruh terhadap bisnis pariwisata
a.      Populasi dunia yang menua
Jumlah penduduk berusia tua yang semakin meningkat, terutama dinegara-negara maju, di Eropa dan Jepang. Sementara banyak di negara yang disebut “emerging” memiliki penduduk dengan usia produktif yang lebih banyak. Hubungan dengan pariwisata adalah penduduk dengan usia lebih tua akan memilih tujuan wisata yang lebih menenangkan seperti wisata keindahan alam, religi, dan permintaan fasilitas jasa akomodasi perhotelan yang berstandar tinggi. Karena para pelancong dalam usia ini memiliki saving yang lebih banyak. Hal ini berimplikasi bahwa para pelancong dari negeri emerging seperti China dan India akan berusia muda dan para pelancong dari negeri maju rata-rata akan berusia tua.
b.      Angka harapan hidup yang meningkat
Hampir di seluruh negara, angka harapan hidup rata-rata mengalami peningkatan. Tingkat kesehatan dan pelayanan kesehatan diberbagai negara juga mengalami peningkatan. Hubungan dengan bisnis pariwisata adalah akan lebih banyak pada beberapa tahun mendatang, para wisatawan berusia tua. Mereka akan terlihat lebih fit dan sehat dalam usianya.
c.       Komposisi Rumah Tangga, Struktur Keluarga
Terdapat penurunan tingkat fertility di negara maju. Struktur keluarga mengalami perubahan, dari semula struktur horozontal artinya menyebar secara melebar, atau keluarga dengan banyak anak-anak menjadi keluarga dengan susuna vertikal yang panjang. Hal ini menjadi sinyal bahwa jasa pariwisata dan perjalanan yang akan diminta perlu menyesuaikan diri dengan memberikan tawaran yang lebih bervariasi. Para kelompok travelers sekarang terdiri dari kakek-nenek dan cucu berlibur, atau seluruh keluarga dengan konsekuensi untuk kegiatan yang ditawarkan, jenis akomodasi yang diperlukan akan bervariasi lebih banyak. Di negara maju wisatawan tunggal akan  berkembang. Ini mencerminkan tumbuh tren di masyarakat yang lebih luas bagi kaum muda untuk menghabiskan periode waktu tinggal sendiri atau dengan teman-teman sebelum menikah dan memulai sebuah keluarga.
d.      Lokasi populasi
Banyak populasi dari semua negara sebagia besar tumbuh diperkotaan. Selain faktor ini, peran negara berkembang akan memiliki pengaruh besar pada pariwisata dalam dua dekade mendatang. Penduduk cenderung memiliki pandangan yang kosmopolitan, sebagai akibat dari hidup di lingkungan yang lebih beragam budayanya. Hal ini membawa mereka untuk bepergian ke luar negeri dan ini akan membantu mendorong kenaikan pariwisata. Dibandingkan dengan negara berkembang, terjadi penurunan peran relatif peran Barat. Proporsi Eropa dari populasi global akan menurun hingga 9% kurang lebih sama dengan yang dari Karibia dan Amerika. Sementara Amerika Serikat dan Kanada menyumbang sekitar 6% dari populasi dunia, meskipun hanya 1% dari hal ini adalah di Kanada dan sisanya adalah Amerika Serikat. Pada 2030 Asia akan mencapai 60% dari populasi dunia, dengan India dan China masing-masing berkontribusi hanya kurang dari 20%. Faktor terakhir yang mempengaruhi distribusi penduduk adalah migrasi. Migrasi dapat mempengaruhi pariwisata di dua cara, pariwisata dapat menarik pendatang ke bagian dunia lain di mana ada kebutuhan bagi para pekerja. Dan migrasi dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat kelahiran mereka, atau kerabat bekerja di luar negeri.

Fakta statistik bisnis pariwisata di Bali
Berikut ini adalah data-data statistik yang berhubungan dengan kegiatan bisnis pariwisata di Bali. Yang pertama adalah jumlah kedatangan wisatawan mancanegara menurut pintu masuk ke Indonesia.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk
Tahun 1997 s.d 2008
   Sumber: BPS

Dari Tabel 1 dapat diperoleh informasi bahwa sejak tahun 1998 Bandara Ngurah Rai di Pulau Bali, menjadi pintu masuk utama wisatawan mancanegara, yang sebelumnya adalah Bandara Soekarno Hatta.  Fluktuasi kunjungan tamu asing ke negara kita, karena pengaruh kondisi keamanan dalam negeri seperti adanya Bom Bali tahun 2002 dan 2004 dan Bom Jakarta, sehingga beberapa negara mengeluarkan travel warning kunjungan ke Indonesia, kondisi krisis keuangan dan serangan terorisme di negara lain yang membawa implikasi kondisi global pariwisata mengalami penurunan.
Yang kedua adalah jumlah kunjungan tamu asing pada hotel bintang berdasarkan wilayah Pulau. Data ini diolah terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penyajian dan penggambaran informasi serta pembagian wilayah wisata besar menjadi Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku dan Papua. 
Tabel 2. Jumlah Tamu Asing Pada Hotel Bintang berdasar Wilayah Pulau 2003-2010
   
    Sumber: BPS, diolah
Berdasarkan Tabel 2 dapat diperoleh informasi bahwa Bali menjadi tujuan wisata utama di Indonesia, dengan banyaknya jumlah tamu asing yang berkunjung pada tahun 2003 sampai dengan 2010 dan meminta layanan akomodasi hotel bintang. Wilayah lain belum bisa mengungguli perolehan Bali dalam mendatangkan wisatawan.
Fakta yang ketiga dari statistik Bali adalah jumlah wisatawan mancanegara menurut asal negara tempat tinggal.





Tabel 3. Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung                                            ke Bali Menurut Kebangsaan Tahun 2007 - 2011
          Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah
Berdasarkan Tabel 3, dapat diperoleh informasi bahwa Asia menjadi konsumen pariwisata Bali pada posisi pertama. Sejalan dengan teori demografi bahwa penduduk Asia mencapai 60,3% dari populasi dunia saat ini (sumber data Wikipedia, 2012). Selanjutnya konsumen kedua adalah orang dari daratan Eropa. Preferensi masing-masing  konsumen akan berbeda dan bentuk akomodasi yang yang akan diminta. Tetapi dengan memperhatikan perkembangan saat ini bahwa penduduk Jepang sebagian besar pada usia tua dan penduduk China dalam kondisi produktif maka perlu dikaji lebih dalam lagi akan struktur demografi ini dan karakteristik konsumen pariwisata ini.

C.    KESIMPULAN

Bisnis pariwisata dipengaruhi juga oleh demografi dunia. Pasar pariwisata Bali adalah wisatawan mancanegara dari berbagai belahan dunia, dan Bali menjadi penyumbang terbesar dalam angka kunjungan dan jumlah tamu asing yang tinggal pada hotel berbintang di Indonesia. Kondisi perekonomian, demografi, negara asal bagi para wisatawan mancanegara, menentukan permintaan pariwisata dalam bentuk layanan akomodasi, dalam hal ini adalah hotel.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (2011), Statistik Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Badan Statistik Provinsi Bali (2011), Statistik Daerah Provinsi Bali. Denpasar, Indonesia
World Tourism and Travel Council (2011). Travel and Tourism 2011.pp.1-42.
United Nation World Tourism Organization (2012), UNWTO Tourism Highlights 2012 Edition.,
pp.1-16
Wikipedia (2012), Demographics of The World. Diakses tanggal 18 Oktober 2012. http://en.m.wikipedia.org/wiki/Demographics_of_the_world
Tanpa Nama (2012). World Tourism. Facts and Figures. Diakses tanggal 18 Oktober 2012. http://www.travel-exhibitons.com/news/WorldTravel.FactsandFigures.htm