A. Latar Belakang
Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di
seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau dua-tiga
kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,
pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia mencapai 11%. Saat ini ketika banyak
ketidakpastian menghantam perekonomian dunia, sektor pariwisata sudah diakui
menjadi salah satu pilar penting perekonomian. Dari sedikitnya 1 miliar atau
1/7 dari total penduduk dunia telah melakukan perjalanan (Bisnis.com, 15 Juni
2012).
Penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta
jiwa dan meningkatnya penduduk diperkotaan mendorong majunya sektor pariwisata
nusantara selama kurun waktu 2012. Hal ini diiringi dengan naiknya pendapatan
perkapita penduduk sebagai akibat langsung dari pembangunan ekonomi, sekaligus
munculnya 6,5 juta masyarakat kelas menegah baru (Antara News, 30 Desember
2012).
Pada tahun 2012 angka sementara BPS
menunjukkan terjadi 245 juta perjalanan wisata dengan total pengeluaran
mencapai Rp171,5 triliun (pernyataan Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri,
Kemenparekraf dalam Antara News, 30 Desember 2012).
Pada tahun 2013 ini pemerintah menargetkan
sembilan juta turis asing datang ke Indonesia dengan estimasi pemasukan sekitar
10 milyar dollar AS, atau sekitar Rp97 triliun (Pos Kota News.com 6 Desember
2012). Saat ini wisatawan asing yang banyak
mengunjungi Indonesia masih didominasi oleh wisatawan ASEAN dan Australia. Dan
yang paling besar dikunjungi adalah Bali, Jakarta, Riau, Batam, Lombok dan Raja
Ampat.
Badan Pariwisata Dunia PBB (UNWTO)
memperkirakan industri pariwisata global akan tumbuh antara 3-4 persen pada
2013. Hal ini didorong pertumbuhan pengunjung yang lebih tinggi sebesar 6
persen di pasar negara berkembang (Sindonews.com, 8 Maret 2013).
Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia
di Tahun 2012 mencatatkan angka 6.23% sepanjang tahun 2012. Angka ini masih di
bawah target APBN-P 2012, namun, pencapaian ini masih dalam target yang
realistis yakni pada kisaran 6.3 – 6.5%. Badan Pusat Statistik menjelaskan
bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh pengeluaran rumah tangga
(5.28%), pengeluaran konsumsi pemerintah (1.25%), pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) (9.81%, ekspor (2.01%), dan impor 6.65%. Sektor–sektor ekonomi yang
membukukan pertumbuhan tertinggi yakni sektor pengangkutan dan komunikasi
9.98%, sector perdangangan, hotel dan reestoran 8.11% serta sektor konstruksi
7.50%. Namun kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
adalah sektor Industri Pengolahan yakni sebesar 23.94% dan Sektor
Perdangan,hotel dan restoran 13.90% (The President Post Indonesia, 25 Februari
2013).
Terkait dengan sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang tumbuh selama tahun 2012, hal ini didorongoleh jumlah wisatawan
mancanegara selama periode Januari – Desember 2012 yang mencapai 8.044.462
orang atau meningkat sebesar 5.61% dibandingkan tahun 2011. Kenaikan jumlah
wisman ini terjadi di sebagian besar pintu masuk utama, dengan persentase
kenaikan tertinggi tercatat di pintu masuk Bandara Husein Sastranegara,
Bandung, sebesar 27,28 persen, diikuti Bandara Adisutjipto, Yogyakarta 22,35
persen, dan Bandara Sepinggan, Balikpapan 7,82 persen.
Pertumbuhan wisatawan nusantara juga
meningkat seiring dengan peningkatan kelas menengah, pertumbuhan hotel,
perbaikan infrastruktur serta pertumbuhan rute penerbangan menuju pusat
pariwisata utama di Indonesia. Selain menjadi tujuan wisata, perkembangan
bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition) di
Indonesia yang terus tumbuh, tidak kurang dari 466.000 perusahaan beroperasi di
Indonesia dapat menjadi peluang besar untuk menggelar event minimal 1 tahun
sekali pada pusat bisnis dan pariwisata di Indonesia.
Didukung dengan keadaaan pariwisata yang
kondusif, dan memanfaatkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang baik, PT Bukit
Uluwatu Villa memanfaatkan peluang ini dengan usaha perhotelannya. Perlu
diketahui, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk didirikan pada tahun 2000 dan
memiliki kegiatan usaha utama dalam bidang penyediaan jasa akomodasi dan
perhotelan. Kepemilikan atas perusahaan terdiri dari PT Asia Leisure Network
(40,29%), Archipelago Resort and Hotels Ltd (16,19%) dan publik
(43,52%). Perusahaan berdomisili di Badung, Bali. Perusahaan
telah mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada bulan Juli
tahun 2010.
Ditengah ketatnya persaingan bisnis
perhotelan, perusahaan ini telah melakukan sejumlah aksi korporasi di berbagai
daerah yang menjanjikan prospek cerah bagi perusahaan dan pemegang
sahamnya. Dengan kondisi fundamental dan makro ekonomi yang baik seperti
telah dijelaskan maka PT Bukit Uluwatu Tbk terus berekspansi dengan akuisisi
berbagai properti di tujuan wisata yang ternama.
Kondisi fundamental menjadi peran utama dalam
menentukan pembentukan harga saham. Kondisi baik buruknya emiten akan
menentukan baik buruknya kinerja sahamnya. Investor harus dapat menilai apakah
sekuritas yang menjadi pilihan investasi di pasar modal mampu memberikan
keuntungan secara optimal. Salah satu cara untuk melakukan analisis adalah
dengan menggunakan alat analisis fundamental. Analisis ini mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dengan menggunakan hubungan variael-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Analisis fundamental atau juga dikenal dengan
analisis nilai intrinsik melibatkan data keuangan dan data fundamental dari
perusahaan untuk menduga nilai saham dan memprediksi pergerakan harga saham
pada waktu yang akan datang. Dalam membuat peramalan harga saham tersebut
langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental
seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan hal
lainnya.
Analisis fundamental dilakukan dengan cara
menghitung nilai saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan tersebut
seperti tingkat omset dan biaya biaya serta resiko yang dihadapi perusahaan.
Analisis fundamental menyatakan bahwa nilai
intrinsik dari aktiva keuangan sama dengan nilai sekarang dari semua aliran
tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik asset. Sesuai dengan hal itu maka
analisis fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan
kemudian dikonversikan menjadi nilai sekarang dengan menggunakan tingka diskon
yang tepat. Sebagian informasi fundamental berhubungan dengan keadaan ekonomi,
industri dan kondisi perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar